Cover Buku Javanese Wisdom
Let us Learn Together, Study Together, Nurture Eachother, Fill Eachother, and Work Together with Great Enthusiasm, Great Spirit.
“Sapa Nandur Bakal Ngunduh” berarti, “kau menuai sesuai apa yang kau tanam”. Ada aksi, ada reaksi.Ada sebab, ada akibat. Hal ini tak terelakkan. Kasih menghasilkan kasih. Kebencian menghasilkan kebencian. Kedamaian menghasilkan kedamaian dan pertikaian menghasilkan pertikaian.
Bukankah kita semua mengetahui hal ini? bukankah hal ini merupakan common sense? Bukankah tak seorang pun di antara kita yang mau menuai sesuatu yang tidak enak, tidak nyaman, dan tidak menunjang kebahagiaan kita?
Siapa Mau Menderita?
Tidak seorang pun. Setidaknya saya tidak mau. Dan barangkali, kemungkinan besar, 99.99% Anda pun demikian
Tapi, faktanya kita tetap mendenta. Ada kalanya penderitaan itu seolah menyambar kita seperti petir di siang bolong. Mengapa? Saat itu jiwa kita pun berontak. Mengapa? Apa salah saya? Apa yang saya lakukan sehingga penderitaan datang bak tamu yang tidak diharapkan?
Sudah berulang kali membaca tentang:
Law of Attraction
Hukum Tarik-Menarik. Sudah pula mengikuti berbagai seminar dan workshop tentang hukum tersebut. Sudah mengeluarkan banyak biaya. “Demi Gusti, saya tidak mengundang penderitaan. Siapa yang mau menderita? Tapi, tetap saja saya dikerjain orang,” keluh seorang sahabat penganut setia paham “kau menerima apa saja yang kau tarik lewat pikiran dan perasaanmu.”
Keluh kesahnya mewakili sekian banyak orang yang memiliki keluhan yang sama. Para pakar Law of Attraction mengatakan bahwa hanya 1 atau 2 persen manusia yang menguasai lebih dari 70% kekayaan dunia. Kemudian, keadaan itu selalu dikaitkan dengan ketidakmampuan 98% orang untuk “menarik” kekayaan.
Celakanya, setelah membaca, mendengar, dan menjalani petuah mereka, para siswa Law of Attraction tetap saja tidak mampu mengatasi ketidakseimbangan tersebut. Di antara 100 orang yang membaca, mendengar, dan merasa telah menghayati kinerja hukum tersebut, yang berhasil tetap sejumlah kecil saja. Sisanya tidak memperoleh manfaat yang mereka harapkan dan yakini dapat mereka peroleh.
Seorang sahabat lain memenuhi ruang tidurnya dengan lukisan-lukisan Euro, Dollar AS, Yen, Pound Sterling, Yuan, dan mata uang lainnya. Bahkan lembaran-lembaran mata uang asli pun ditempelnya di sana-sini. Tapi, tetap saja…..
Law of Attraction TIDAK BEKERJA
Setidaknya demikian baginya. Mengapa?
jelas:
- Dengan memenuhi ruang tidurnya dengan lukisan-lukisan tersebut atau menyebarluaskan “berita tentang keinginannya, ekspekatsinya” Iewat facebook, twitter, profil di blackberry dan sebagainya, sesungguhnya ia mengafirmasi kemiskinan dirinya. Secara implisit, ia menyatakan, “Aku miskin, aku miskin, aku tidak punya uang, aku tidak punya uang.” Dan, lebih celaka lagi:
- Ia tidak cukup percaya diri. Ia juga mengafirmasi bahwa dirinya tidak mungkin memperoleh segala apa yang didambakannya itu lewat kerja atau atas kemampuannya. Maka ia sedang mencari jalan pintas. Seorang yang percaya diri, percaya pada kemampuannya, dan mau bekerja keras tidak membutuhkan petuah dari para pakar Law of Attration. Ia sedang bekerja, dan sebagai konsekuensi dari pekerjaannya, ia pun sedang meraih keberhasilan.
Sayang sekali bahwa para pakar Law of Attraction tidak memahami asal-usul dan dasar dari peraturan yang mereka salah sebut sebagai hukum.
Hukumnya adalah….
The Law of Consequences
Atau Hukum Sebab Akibat, Hukum Aksi Reaksi. Leluhur kira mcnyebutnya the Law of Karma, Hukum Karma.
Hukum bukan dalam pengertian hukuman atau punishment, tetapi dalam pengertian order, orderliners, atau peraturan. Dan Karma bukanlah “tindakan buruk” atau “jahat” tetapi “tindakan”. Ya, tindakan saja. Titik. jika Anda keberatan menggunakan istilah Karma, gunakan saja Aksi-Reaksi, Sebab-Akibat, atau istilah lain yang belakangan ini lebih saya sukai: Konsekuensi.
Ya, konsekuensi. Jadi, jika Anda “membayangkan” dollar, maka konsekuensinya juga “bayangan”, bukan dollar. Keberuntungan yang Anda peroleh berupa bayangan, khayalan, bukan lembaran dollar yang sesungguhnya.
Banyak Sekali Kesalahpahama tentang Hal lni
Seorang teman mengagung-agungkan Law of Atrraction, karena “berhasil” memperoleh dana pinjaman ratusan juta: “Bayangkan begitu mudahnya saya mempcroleh pinjarnan. Bahkan dari orang-orang yang sebelumnya saya tidak mungkin akan meminjamkan uang. Ada yang malah mengatakan, ‘tidak perlu pinjam-pinjam. Kuserahkan. Kapan-kapan kalau sudah punya keuntungan, kembalikan.’”
Setelah mengikuti program yang mahal dan menikmati coffe break serta makan siang mewah, ia pun memperoleh order dari salah satu instansi. “Semuanya menjadi mudah, bagian pembekalannya langsung memberi order. Biasalah, dia minta 20% buat dia. Komisi. jadi, kunaikkan harganya. Eh, diterima juga.”
Keberhasilan Bayangan
Sukses imajinernya itu tidak bertahan lebih dari 8 bulan. Apa yang disebutnya keberhasilan berkat law of attraction sesungguhnya adalah sukses semu berkat suap. Kalau mau cari untung dengan cara itu, kata sahabat saya dengan logat Sunda tulen, “Abdi tidak perlu lap-lapan apa tuh….”
Bulan ke-9, kawan kita sudah bangkrut. Setelah dihitung-hitung, uang puluhan juta yang pernah dikeluarkannya untuk mengikuti program yang dibangga-banggakannya pun ludes bersama kebangkrutannya. Celaka tigabelas. Mengapa itu terjadi?
Karena keberhasilan adalah hasil dari kerja keras. Keberhasilan adalah hasil dari keahlian. Keberhasilan adalah hasil dari ketekunan, kegigihan, keuletan, Keberhasilan adalah hasil keringat.
Kerja keras, keahlian, ketekunan, kegigihan, keuletan, dan keringat itulah yang kemudian menarik keberhasilan. Di sana barulah law of attraction bekerja.
Banyak orang yang mengikuti petuah para pundit, para pakar, dan “merasa” kaya, kemudian menggunakan kartu kredit untuk membeli dan menyicil apa saja yang selama ini mereka inginkan. Tiga bulan kemudian mereka dikejar debt collector karena tidak mampu membayar cicilan. Barang ditarik kembali, uang muka dan cicilan hangus. Belum sclesai satu perkara, datang lagi debt collector dari bank yang mengeluarkan kredit.
Intinya, dengan bekerja keras, bekerja cerdas, dan sesuai dengan Hukum Konsekuensi, Anda akan menuai hasilnya. Kemudian, sesuai dengan peraturan atau the Rule of Attraction, keringat Anda akan menarik keberhasilan. Cobalah, Anda pasti berhasil...
Akhir kata, janganlah menanam bayangan. Karena, kalau itu yang kau tanam, maka bayangan pula yang kau tuai.
Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2012). Javanese Wisdom, Butir-Butir Kebijakan Kuno bagi Manusia Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
May all be prosperous and happy. May all be free from illness. May all see what is spiritually uplifting. May no one suffer. Om peace, peace, peace
Link: http://www.booksindonesia.com
Link: http://www.oneearthcollege.com/