Gampang Tergoda untuk Mengulangi Kebiasaan Buruk Masa Lalu #Yoga #Patanjali

Kadang-kadang kita sudah merasa melangkah ke arah kesadaran. Kita sudah berbuat baik. Sebelum bertindak kita ingat golden rules, kalau saya melakukan ini terhadap orang lain, apakah saya suka bila orang lain melakukan hal ini terhadap saya?

Akan tetapi dalam kenyataannya, kadang-kadang kita mudah terseret kembali ke kebiasaan lama kita.

Ayat Patanjali I.18 dan I.19 akan menjelaskan mengapa kita mudah terseret kepada kebiasaan lama. Dan, bahkan obsesi untuk melakukan kebiasaan lama akan membuat kita lahir kembali……

Buku Yoga Sutra Patanjali

Oṁ Saha nāvavatu; saha nau bhunaktu: Saha vīryam karavāvahai;Tejasvi nāvadhītamastu; Mā vidviṣāvahai.Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ

(Semoga Hyang Tunggal senantiasa melindungi kita; menjernihkan pikiran kita: semoga kita dapat berkarya bersama dengan penuh semangat; semoga apa yang kita pelajari mencerahkan dan tidak menyebabkan permusuhan; Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)

 

Kesan-kesan dari masa lalu ini boleh diumpamakan sebagai file yang sudah di-delete, tapi belum musnah, masih ada di hard-disk, masih bisa di-retrieve. Retrievable file ini, walau tidak “se”-berbahaya file memori yang masih terpakai, tapi tidak aman-aman pula.

 

CONTOH LAIN. Hola sudah lama lepas, sudah bersih dari rokok, shabu, ganja, dan sebagainya. Tetapi, ketika ia mencium aroma tembakau atau daun ganja yang terbakar, “Wah aromanya sedap sekali!”

Berarti, ia masih memiliki retrievable file tentang memori sedapnya aroma tembakau dan ganja.

Sebaliknya, Bola yang memang tidak pernah dan tidak suka merokok, saat mencium aroma yang sama, memberikan komentar berbeda, “Bau apa ini, apa yang terbakar?!”

Hola dan Bola mencium aroma yang sama. Namun, komentar mereka sesuai clengan purva samskara mereka masing-masing. Hola punya pengalaman sebagai “pemakai” pada masa lalu, maka aroma itu diterjemahkannya sebagai “sedap”. Bola tidak punya pengalaman rnasa lalu, maka ia menerjemahkannya sebagai “bau bakar”—bahkan, “bakar apa” pun tidak bisa ditentukannya.

Dalam hal ini, Hola dengan bekas residu atau sisa impresi masa lalu “berpotensi” untuk tergoda dan mulai merokok lagi, “memakai” lagi. Sebaliknya, Bola yang tidak memiliki seperti itu, relatif lebih aman.

 

CELAKANYA, DALAM HAL KEBENDAAN, tidak seorang pun di antara kita yang bisa menyebut dirinya Bola, yang bisa menganggap berada dalam wilayah aman. Kita semua Hola. Kita semua belum aman. Wujud kita beda, jenis residu kita beda; tapi tidak ada seorang pun di antara kita yang tidak memiliki residu atau sesa dari purva samskara—impresi-impresi dari berbagai pengalaman pada masa lalu.

Ada yang memiliki kesan dan impresi merokok; ada yang memiliki kesan menyabu; ada yang punya pengalaman dengan scotch; ada yang pernah termabukkan, tergila-gila oleh harta; ada yang oleh takhta; ada yang oleh wanlta, pria, atau di antaranya; ada yang masih memiliki kesan berkeluarga pada masa lalu, sebaliknya, ada ‘pula yang punya kesan melarikan diri dari tanggung jawab dan menyepi di hutan.

Intinya, tidak seorang pun bisa menyebut dirinya sudah behas seperti Bola, dan berada dalam wilayah aman. Kita semua Hola, masih dalam zona bahaya, danger zone! Jadi, sudah melakoni hidup berkesadaran selama berapa tahun pun, kita mesti tetap menjaga diri.

Kita mesti tetap berniat kuat, dan berupaya terus-menerus untuk mengeliminasi kesan-kesan dari masa lalu tersebut. Retrievable files mesti dihapus untuk selamanya.

 

RETRIEVABLE FILES PURVA SAMSKARA hanya membutuhkan trigger kecil, pemicu berkekuatan rendah di luar, untuk muncul kembali ke permukaan.

Jadi, selain mengeliminasi files dari masa lalu, kita pun mesti pintar-pintar menjalani, melewati masa kini tanpa meninggalkan residu. Kita mesti hidup tanpa menyisakan sampah-kesan. Kalau tidak, maka sepanjang usia kita akan tersibukkan oleh upaya penghapusan files masa lalu, sembari menambah files masa kini yang kelak akan menantang dan mengganggu kita lagi.

Untuk itulah adanya teknik-teknik dalam Yoga, yang akan kita dalami sepanjang perjalanan kita lewat sutra-sutra ini. Pun, di bagian akhir buku ini, ada beberapa saran yang sudah teruji dan terbukti manfaatnya, dan dapat membantu Anda.

Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2015). Yoga Sutra Patanjali Bagi Orang Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

………………

Kalau files yang harus dieliminasi belum tereliminasi maka kita pun akan lahir kembali.

“Kendati sudah videha, tidak berbadan, dan (elemen-elemen yang menciptakan badan pun sudah terurai serta) menyatu kembali dengan prakrti atau alam-benda—kehendak kuat untuk tetap hidup di dunia-benda bisa tersisa, dan menyebabkan terjadinya kelahiran ulang.” Yoga Sutra Patanjali I.19

 

Kehendak itu muncul dari purva samskara, dari residu kesan-kesan sepanjang hidup yang masih ada dalam gugusan pikiran serta perasaan.

 

BERARTI, SAAT KEMATIAN, hanya elemen-elemen alami kebendaan murni, seperti air, api, tanah, udara, dan subtansi eter dalam ruang saja yang terurai. Elemen-elemen halus, seperti mind, manah atau gugusan pikiran serta perasaan; ego atau ahamkara, dan sebagainya belum terurai. Mereka masih mengkristal, masih utuh—dan mereka inilah yang kemudian mencari badan baru untuk mengalami kehidupan-ulang.

Keadaan tersebut adalah keadaian umum. Biasanya demikian. Tidak selalu. Jika semasa hidup seseorang sudah bebas dari residu kesan dan pesan masa lalu, pun tiada lagi sesuatu yang dapat mengikat dirinya dengan alam benda, maka saat kematian fisik, bukan saja elemen-elemen alami seperti tanah, air, dan sebagainya yang terurai—mind, ego, intelek, semua ikut terurai. Tiada lagi sesuatu yang mengkristal.

Tiada kesan dan pesan; tiada ingatan atau obsesi; tiada niat untuk “berada” kembali di alam benda ini—maka, Jiwa Individu atau Jivatma menyatu dengan Sang Jiwa Agung, Paramatma.

Bagaimana mencapai keadaan itu?

Selesaikan semua pekerjaan sekarang, saat ini, dalam kehidupan ini juga. Jangan menyisakan pekerjaan rumah. Jangan menyisakan sesuatu yang bisa menjadi benih, bisa menjadi citta yang rentan terhadap vrtti, gejolak, fluktuasi, modifikasi; dan dapat memulai serangkaian pengalaman-pengalaman baru.

Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2015). Yoga Sutra Patanjali Bagi Orang Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Om, Sarve bhavantu sukhinaḥ; Sarve santu nirāmayāḥ; Sarve bhadrāṇi paśyantu; Mā kashchit duḥkha bhāgbhavet; Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ

(Semoga semua makmur, bahagia dan bebas dari penyakit. Semoga semua mengalami peningkatan kesadaran, dan bebas dari penderitaan. Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)

 

Link: http://www.booksindonesia.com

Link: http://www.oneearthcollege.com/

 

Leave a comment