Renungan #Gita: Dewa (Pembantu Spiritual) dan Danava (Pendorong Materialis) di Sekitar Kita

buku bhagavad gita

Cover Buku Bhagavad Gita

“Bhagavad Gita 10:14

“Wahai Kesava (Krsna Berambut Indah), kupercayai semua yang telah Kau utarakan. Tiada dewa atau malaikat berkesadaran rohani, maupun danava atau makhluk-makhluk rendahan berkesadaraan materiil yang memahami rahasia perwujudan-Mu.” Bhagavad Gita 10:14

 

“Dewa adalah makhluk-makhluk yang tinggal dan hidup dalam cahaya. Ucapan serta perbuatan mereka tergerak oleh nurani. Mereka adalah makhluk-makhluk bersanubari. Mereka masih mampu mendengarkan suara hati. Dan, mereka dapat ditemukan di mana-mana. Tidak perlu mencari mereka di langit, di surga, di kahyangan. Banyak para dewa di antara kita. Banyak para dewa yang sengaja berada di tengah kita untuk memandu kita.

“Mereka tidak ‘datang’ ke dunia karena urusan karma. Mereka ‘datang’ untuk memandu Jiwa-Jiwa yang membutuhkan panduan mereka.

“Para resi yang mampu ‘melihat’ dan merasakan kehadiran mereka, walau berwujud seperti manusia biasa, menemukan cara termudah untuk mengetahui mereka dan memperoleh panduan bimbingan mereka. Cara tersebut adalah Mantra-Yoga. Dengan suara-suara tertentu, getaran-getaran tertentu – ditambah dengan kekuatan niat yang mulia, hati yang bersih – kita dapat mengadakan hubungan seluler, bahkan menciptakan hot-line dengan mereka.

“Sebagian orang menganggap hubungan seperti ini sebagai bentuk kurang percaya pada Gusti Pangeran. ‘Kenapa mesti mengakses mereka? kenapa tidak berhubungan dengan Tuhan langsung. Kenapa mesti menduakan Tuhan?’

“Banyak pembantu di rumah orangtua kita, jika kita membutuhkan sesuatu yang dapat diperoleh dari pembantu, lewat pembantu – mestikah kita menyusahkan orangtua? Banyak pekerjaan, banyak tugas yang memang sudah dipercayakan kepada para pembantu. Mantra-Yoga hanyalah membuat kita mengakses para Dewa, para Pembantu, para Lightworkers – ada yang berwujud dan ada yang tidak – itu saja. Setelah terjadinya akses, setelah terjadinya hubungan – tanpa diminta pun, mereka senantiasa siap-sedia untuk melayani segala kebutuhan, segala keperluan Jiwa untuk mencapai tujuannya.

“Kendati demikian, dengan segala efisiensinya – para dewa pun, sesungguhnya tidak sepenuhnya memahami Misteri Gusti Pangeran. Mereka pun masih berandai-andai. Mereka pun senantiasa mengingatkan kita. ‘Jangan berhenti, berjalanlah terus!’ Jadi, kalau kita merasa berhubungan dengan dewa dan mendapatkan bimbingan, ‘Sudahlah berhenti. Kau sudah mencapaai tujuanmu,’ – maka, niscayalah bimbingan semacam itu bersumber dari danava, bukan dewa.

“Para danava inilah yang dalam tradisi-tradisi lain disebut setan, iblis, dan sebagainya. Gita menjelaskan kebiasaan para danava supaya kita dapat mengenali mereka. karena mereka pun sama-sama tinggal di tengah kita, sebagaimana para dewa.

“Danava dalah para pengayom dan sponsor paham materialisme murni. Jangan terkecoh oleh tokoh-tokoh berjubah kepercayaan – tidak semuanya bersemangat dewa – banyak di antaranya justru bersemangatkan danava.

“Jumlah danava melebihi jumlah dewa.”  (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma)

 

“Jumlah kecoa, serangga, dan tikus di kota mana pun melebihi jumlah manusia. Jadi, mereka bisa mengambil wujud apa pun untuk memengaruhi kita. Kadang sebagai politisi, kadang sebagai pembimbing kepercayaan, kadang sebagai tokoh masyarakat, bahkan kadang sebaagai anggota keluarga terdekat.

“Bagaimana mengenal mereka? mudah, perhatikan kalimat-kalimat berikut yang adalaah khas danava:

  1. Saya kan manusia biasa, urusannya perut, cari nafkah – itu saja. Nggak mau ribet soal lain.
  2. Uang itu segala-galanya. Tanpa uang, tanpa materi – manusia tidak punya harga diri.

“Kiranya dari beberapa kalimat di atas, kita sudah bisa memperoleh gambaran tentang kinerja danava. Seorang yang merasa tidak berdaya dan seorang yang merasa super-daya karena punya harta – dua-duanya sama. Sama-sama berpandangan materialis. Dua-duanya mementingkan materi.

“Dalam keadaan pertama, seseorang tidak mau berurusan dengan sesuatu karena urusannya adalah materi murni. Ia tidak mau direpotkan dengan hal-hal lain.

“Dalam keadaan kedua, urusannya tetap materi murni, hanya saja cara penyampaiannya beda. Nah, orang-orang seperti ini jelas tidak dapat memahami Misteri Gusti Pangeran dan perwujudan-Nya. Apalagi memahami-Nya sebagai hakikat Jiwa Agung dan hubungan-Nya dengan Jiwa Individu yang sedang ‘mencari’ atau ‘berbagi’ pengalaman di dunia ini.”  (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma)

2 thoughts on “Renungan #Gita: Dewa (Pembantu Spiritual) dan Danava (Pendorong Materialis) di Sekitar Kita

Leave a comment